Kontribusi Pembangkitan Energi Listrik terhadap Efek Rumah Kaca

Authors

  • Nuraini Nuraini
  • Erwansyah Lubis

Abstract

Kegiatan pembangunan telah berhasil meningkatkan kesejahteraan manusia, namun juga menyebabkan terjadinya kecenderungan perubahan planet yang radikal, akibat terjadinya efek rumah kaca (ERK), penipisan lapisan ozon dan hujan asam, yang keseluruhannya dapat mengancam kelestarian kehidupan spesies-spesies, termasuk umat manusia di dalamnya. Pembangkitan energi listrik dan transportasi merupakan kontribusi utama emisi gas rumah kaca (GRK), mencapai 1/3 emisi global. Sesuai kesepakatan Protokol Kyoto pada tahun 1997, tiap negara secara sendiri-sendiri atau bersama-sama sepakat mereduksi konsentrasi GRK sebesar 5,2 % di bawah tingkat emisi tahun 1990. Pengurangan emisi GRK dapat dilakukan melalui
implementasi teknologi pembangkitan yang mengandung karbon rendah, seperti pemanfaatan gas alam, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin dan tenaga nuklir. Keragaman pembangkitan energi yang arif disesuaikan dengan kapasitas lingkungan hidup merupakan faktor kunci untuk kesinambungan suplai listrik dan melestarikan pembangunan berkelanjutan. Hasil studi IAEA menunjukkan bahwa bahan bakar fosil mempunyai faktor emisi GRK tertinggi. Batu-bara mempunyai faktor emisi 2 kali lebih tinggi dari gas alam. Faktor emisi tenaga angin dan biomas berada di antara tenaga surya dan tenaga nuklir. Dalam seluruh daur pembangkitan listrik, tenaga nuklir mengemisikan 25 g CO2 per kWh dibandingkan bahan bakar fosil yang mengemisikan
250 – 1250 g CO2 per kWh.

Downloads

Published

2024-10-04

Issue

Section

##section.default.title##